Wednesday, 29 August 2018

one lesson learnt


Bandar Maju, Sandakan – Seorang anak kecil yang dalam lingkungan umur 10-15 tahun yang sudah menyambut kedatangan sesiapa pun dengan senyuman yang layaknya seperti seorang pekerja penyambut tetamu. Pada waktu itu, dia berada di depan pejabat TM Point dan di situ juga tujuan kami. 

Perkataan singkatnya yang menjadikan tanggapan pertamaku kelu,

“Hi, Kak (complete pakai senyuman dan menurut saya paling ikhlas)”

“Hi…”

Saya melanjutkan tujuan saya ke dalam pejabat TM Point sambil melihat dari pintu kaca… sambil berfikir “apa yang dibawa di tangannya?”. Anak kecil ini menuju ke kereta ibuku sambil mereka bercerita tentang sesuatu. Saya semakin tertanya-tanya.

Setelah selesai dengan urusan, dia sekali lagi menyambut kami dengan membuka pintu dengan ucapan “Terima Kasih” dan saat itu ingin saya kasih sedikit rezeki Tuhan. Namun, dia kata…

“Sudah kak, di kasih mamamu tadi…”

Tiba-tiba saya sebak sendiri,

“Ohh, okey...”

Sambil dengan rasa ingin tahu saya sempat tanya kepada dia...

“Kau tinggal mana?”

Dia jawab, “di batu satu setengah kak..”

“Kau sekolah kah?”

Dia jawab, “Nda kak, tiada surat ku…”

Mendengarkan dari bibirnya sendiri seketika membuat hati saya luluh.

Lalu, saya tamatkan…

 “Oh iyaa, hati-hati…”

“Ya kak, terima kasih byee…”

“byee…”

Cerita ini terus berlanjutan ketika saya dan ibu bercerita. Ibu mengatakan bahawa dia minta sedikit wang untuk membeli beras untuk keluarganya, dan sempat ditanyakan anak itu jual apa dan katanya hanya menjual biskut. Setelah diberikan sedikit wang, dia bukan saja menutup kata dengan ucapan terima kasih tapi dengan doa-doa. (menurut saya hadiah terbaik di dunia ini adalah doa).

Hari ini saya belajar lagi memahami maksud kehidupan,

Melangkah keluar dari rumah memang dengan tujuan yang kita rancang namun Tuhan juga sentiasa menyelitkan sebuah pembelajaran berharga yang tidak semua orang akan merasainya. Salah satunya dari cerita hari ini. Seorang anak kecil yang menurut saya sangat ikhlas dan baik dari perilakunya.  Kehidupan yang perit dengan tidak ada kepastian tentang dirinya dan tidak berpeluang menerima pendidikan yang selayaknya dan harus bekerja untuk diri dan keluarganya. Selebihnya, saya tidak ingin tahu sama ada dia jujur atau tidak. Saya belajar mengenai tanggapan pertama kita melihat manusia sebagai sub topik dalam mata pelajaran yang saya ambil. Tanggapan pertama boleh jadi baik dan buruk tergantung bagaimana perilaku dan pemakaiannya. Tapi sebaiknya kita melihat seseorang itu dari perilaku dan sedikit ceritanya jika dia berkehendak untuk bercerita dari situ kita menilai itu mutlak hak semua manusia dalam cara yang paling rukun.

Saya tidak tahu sudah berapa banyak cerita yang saya dengar dari adik-adik sekolah, kawan seperjuangan, kerabat sahabat, saudara dan keluarga yang ada cerita lebih luar biasa. Bukan hanya dari mereka dari pelbagai ragam manusia di setiap perjalanan yang saya telah lalui. Dari cerita dan pecahan kata yang keluar dari bibirnya semuanya mejadi inspirasi tulisan sehingga ke hari ini.

Begitu banyak rasanya masalah kita, begitu berat rasanya beban kita bila kita tidak keluar melihat sisi dunia yang lain. Saat kau temukan manusia yang lain, bercerita tentang masalah hidupnya yang banyak dan berat, saat itu kita tersedar bahawa kita memeluk rasa kepentingan diri sendiri dengan berfikir hidup kita adalah yang terperit. Intinya kita tidak bersyukur. Tapi bukan bermaksud kita juga tidak perlu memikirkan masalah kita namun lihatlah dengan sisi yang berbeza bahawa masalah kita ini pasti ada jalannya.

Hari ini, terima kasih kepada anak kecil ini. Kadang saya lupa dan alpa sejenak tentang siapa saya dan kehidupan yang saya lalui. Masalah tidak perlu dijemput kerana dia sentiasa hadir dalam kehidupan ini.

No comments:

Post a Comment