Langit itu terbuka luas men, cuma yang menjadi permasalahan adalah tangan dan kaki kita. Kalau kita cuma mempertahankan momentum di tanah, mana kita tahu rasanya langit, awan dan yang lain. Kita cuma tahu dia cantik, tapi Kita tidak tahu dia itu punya sesuatu. Kita berbicara tentang sebuah harapan men, gagal itu saudara kehidupan, kita benci sekali tapi Kita tidak mungkin membuangnya. Mungkin dasarnya susah sekali di realisasikan tapi konteks cuba itu luas bukan sekali sentuh lalu kita biar, kerana ini akan menjadi sebuah pertanyaan nantinya. Ada tu yang ingin mengerakkan, ada tu yang sekadar ingin tahu, ada tu yang ingin terbang. Yang terbang seharusnya lebih luar biasa. Sekecil apa pun niat itu, seharusnya kita sempatkan untuk diwujudkan. Takut ada yang merasa terpinggir, iaitu hatimu. Jangan pula terlalu menjaga, iaitu hatinya. Kita ini manusia men, kita diberi kesempatan dan peluang. Manfaatkan, bukan diberatkan pundakmu dengan beban orang lain. Ada masanya untuk kau jenguk sebentar kondisi hatimu. Tanya, adakah dia baik-baik? Tentang harapan, manusia tidak mungkin dapat di tutup mulutnya, telinganya, matanya dan apa pun derianya itu demi apa pun melainkan Tuhan berkehendak. Jadi kau tenang saja, jalani jalanmu. Sampai di kemudian hari pun kalau kita bahas tentang ini, satu purnama pun tidak cukup. Jadi, kalau pun gagal, terima dan perbaiki. Di kata-kata oleh orang-orang, santai kopi ngeteh dulu. Di kata kurang bijak, masih boleh belajar pelan-pelan. Semua ini proses hidup men, bukan kita yang pegang kunci masa depan begitupun doraemon sekali pun. Tetap lah menjadi layaknya manusia yang tahu setiap aturan hidup itu seperti apa.
@nia.knm
No comments:
Post a Comment