berceritalah
I write what I feel the best to express
Wednesday, 6 February 2019
setidaknya Aku pernah bermimpi kehidupan yang bahagia.
kita akan mencintai satu sama lain, kita akan menghargai satu sama lain, ketika memang seperti itulah Tuhan mentakdirkan dalam hidupku dan kamu.
Kita akan menjadi dewasa di angka yang sempurna, kita akan menikah ketika kita telah siap, jika memang seperti itulah Tuhan menjodohkan kamu kepada ku.
kita akan memiliki rumah yang indah, kita akan dipenuhi anak-anak yang baik, ketika memang seperti itulah Tuhan mengirimkan kamu di dalam hidupku.
Kita akan bahagia di hari yang paling tepat, kita juga akan berduka di saat yang paling tepat, ketika begitulah caranya Tuhan menghiasi hari-hariku bersama kamu.
kita akan berdiam dan banyak merenung bersama, kita akan menua dan saling berpelukan, kerana begitulah caranya kita akan berpisah, seperti yang sudah di janjikan Tuhan dalam hidupku dan kamu.
nia.knm
Wednesday, 29 August 2018
one lesson learnt
Bandar Maju, Sandakan – Seorang anak kecil yang dalam lingkungan umur 10-15
tahun yang sudah menyambut kedatangan sesiapa pun dengan senyuman yang layaknya
seperti seorang pekerja penyambut tetamu. Pada waktu itu, dia berada di depan
pejabat TM Point dan di situ juga tujuan kami.
Perkataan singkatnya yang
menjadikan tanggapan pertamaku kelu,
“Hi, Kak (complete pakai senyuman
dan menurut saya paling ikhlas)”
“Hi…”
Saya melanjutkan tujuan saya ke
dalam pejabat TM Point sambil melihat dari pintu kaca… sambil berfikir “apa
yang dibawa di tangannya?”. Anak kecil ini menuju ke kereta ibuku sambil mereka
bercerita tentang sesuatu. Saya semakin tertanya-tanya.
Setelah selesai dengan urusan, dia
sekali lagi menyambut kami dengan membuka pintu dengan ucapan “Terima Kasih”
dan saat itu ingin saya kasih sedikit rezeki Tuhan. Namun, dia kata…
“Sudah kak, di kasih mamamu tadi…”
Tiba-tiba saya sebak sendiri,
“Ohh, okey...”
Sambil dengan rasa ingin tahu saya
sempat tanya kepada dia...
“Kau tinggal mana?”
Dia jawab, “di batu satu setengah
kak..”
“Kau sekolah kah?”
Dia jawab, “Nda kak, tiada surat
ku…”
Mendengarkan dari bibirnya sendiri
seketika membuat hati saya luluh.
Lalu, saya tamatkan…
“Oh iyaa, hati-hati…”
“Ya kak, terima kasih byee…”
“byee…”
Cerita ini terus berlanjutan
ketika saya dan ibu bercerita. Ibu mengatakan bahawa dia minta sedikit wang
untuk membeli beras untuk keluarganya, dan sempat ditanyakan anak itu jual apa
dan katanya hanya menjual biskut. Setelah diberikan sedikit wang, dia bukan
saja menutup kata dengan ucapan terima kasih tapi dengan doa-doa. (menurut saya
hadiah terbaik di dunia ini adalah doa).
Hari ini saya belajar lagi
memahami maksud kehidupan,
Melangkah keluar dari rumah memang
dengan tujuan yang kita rancang namun Tuhan juga sentiasa menyelitkan sebuah
pembelajaran berharga yang tidak semua orang akan merasainya. Salah satunya
dari cerita hari ini. Seorang anak kecil yang menurut saya sangat ikhlas dan
baik dari perilakunya. Kehidupan yang perit dengan tidak ada kepastian tentang dirinya dan tidak berpeluang menerima pendidikan yang selayaknya dan harus bekerja untuk diri dan keluarganya. Selebihnya, saya tidak ingin tahu sama ada dia jujur
atau tidak. Saya belajar mengenai tanggapan pertama kita melihat manusia
sebagai sub topik dalam mata pelajaran yang saya ambil. Tanggapan pertama boleh
jadi baik dan buruk tergantung bagaimana perilaku dan pemakaiannya. Tapi
sebaiknya kita melihat seseorang itu dari perilaku dan sedikit ceritanya jika dia
berkehendak untuk bercerita dari situ kita menilai itu mutlak hak semua manusia
dalam cara yang paling rukun.
Saya tidak tahu sudah berapa
banyak cerita yang saya dengar dari adik-adik sekolah, kawan seperjuangan,
kerabat sahabat, saudara dan keluarga yang ada cerita lebih luar biasa. Bukan
hanya dari mereka dari pelbagai ragam manusia di setiap perjalanan yang saya
telah lalui. Dari cerita dan pecahan kata yang keluar dari bibirnya semuanya
mejadi inspirasi tulisan sehingga ke hari ini.
Begitu banyak rasanya masalah
kita, begitu berat rasanya beban kita bila kita tidak keluar melihat sisi dunia
yang lain. Saat kau temukan manusia yang lain, bercerita tentang masalah
hidupnya yang banyak dan berat, saat itu kita tersedar bahawa kita memeluk rasa
kepentingan diri sendiri dengan berfikir hidup kita adalah yang terperit.
Intinya kita tidak bersyukur. Tapi bukan bermaksud kita juga tidak perlu
memikirkan masalah kita namun lihatlah dengan sisi yang berbeza bahawa masalah
kita ini pasti ada jalannya.
Hari ini, terima kasih kepada anak
kecil ini. Kadang saya lupa dan alpa sejenak tentang siapa saya dan kehidupan
yang saya lalui. Masalah tidak perlu dijemput kerana dia sentiasa hadir dalam
kehidupan ini.
Thursday, 2 November 2017
Remember yourself--
Langit itu terbuka luas men, cuma yang menjadi permasalahan adalah tangan dan kaki kita. Kalau kita cuma mempertahankan momentum di tanah, mana kita tahu rasanya langit, awan dan yang lain. Kita cuma tahu dia cantik, tapi Kita tidak tahu dia itu punya sesuatu. Kita berbicara tentang sebuah harapan men, gagal itu saudara kehidupan, kita benci sekali tapi Kita tidak mungkin membuangnya. Mungkin dasarnya susah sekali di realisasikan tapi konteks cuba itu luas bukan sekali sentuh lalu kita biar, kerana ini akan menjadi sebuah pertanyaan nantinya. Ada tu yang ingin mengerakkan, ada tu yang sekadar ingin tahu, ada tu yang ingin terbang. Yang terbang seharusnya lebih luar biasa. Sekecil apa pun niat itu, seharusnya kita sempatkan untuk diwujudkan. Takut ada yang merasa terpinggir, iaitu hatimu. Jangan pula terlalu menjaga, iaitu hatinya. Kita ini manusia men, kita diberi kesempatan dan peluang. Manfaatkan, bukan diberatkan pundakmu dengan beban orang lain. Ada masanya untuk kau jenguk sebentar kondisi hatimu. Tanya, adakah dia baik-baik? Tentang harapan, manusia tidak mungkin dapat di tutup mulutnya, telinganya, matanya dan apa pun derianya itu demi apa pun melainkan Tuhan berkehendak. Jadi kau tenang saja, jalani jalanmu. Sampai di kemudian hari pun kalau kita bahas tentang ini, satu purnama pun tidak cukup. Jadi, kalau pun gagal, terima dan perbaiki. Di kata-kata oleh orang-orang, santai kopi ngeteh dulu. Di kata kurang bijak, masih boleh belajar pelan-pelan. Semua ini proses hidup men, bukan kita yang pegang kunci masa depan begitupun doraemon sekali pun. Tetap lah menjadi layaknya manusia yang tahu setiap aturan hidup itu seperti apa.
@nia.knm
Subscribe to:
Comments (Atom)